top of page

MUSIK, SEBUAH GERBANG UNTUK MEMBACA MASA LALU


Present is a gate to the past. Begitulah ungkapan salah satu narasumber di sebuah video yang diproduksi oleh LIPI ketika membahas bebatuan yang nampak di daratan pada saat ini dan dapat dijadikan objek untuk membaca masa lalu. Layaknya objek bebatuan di video tersebut, hal-hal yang berkembang di musik pada masa kini pun tidak bisa terlepas dari  perkembangan-perkembangan di masa lalu baik perkembangan material musik itu sendiri ataupun perkembangan dari ranah lain yang mempengaruhi perkembangan di dunia musik.

 

Ada banyak contoh bagaimana keadaan terkini di dunia musik mampu membuka gerbang terhadap apa yang terjadi di masa lalu. Mulai dari menyingkap pertemuan musik dengan teknologi seperti  perkembangan teknis instrumen musik yang mempengaruhi kemungkinan kekaryaan, perkembangan teknologi yang memungkinkan hal-hal seperti hajatan besar Cybernetic Serendipity pada tahun 1960an dapat terlaksana, hingga perkembangan sosial politik (baca: restorasi kebudayaan pasca Perang Dunia ke 2) yang mampu melahirkan wacana seperti diangkatnya kembali musik (yang menjadi embrio musik masa kini)  yang pernah dilarang oleh Nazi (Lihat: Alex Ross, The Rest is Noise, hal 265).

 

Apa yang terjadi pada kebudayaan hari ini, khususnya musik, sama seperti bebatuan yang mampu menghadirkan fakta-fakta yang terjadi di masa lalu. Ia mampu mengungkapkan situasi represif sosial politik, euforia perkembangan zaman, proses pertemuan antar manusia dan kebudayaanya lewat jalur akulturasi dan lain sebagainya. Oleh karena itu, musik bukanlah hanya objek penghibur di kala kita terjebak macet di tengah riuhnya zaman, tapi ia juga mampu menjadi objek dari situasi hari ini untuk membuka gerbang ke masa lalu.

Graz, 15 Maret 2020

bottom of page