top of page

KEKARYAAN KOMPONIS DAN FAKTOR EKSTERNAL DIBALIKNYA

 

         Karya dari seorang komponis merupakan sebuah manifestasi atas ide-ide yang telah disusun dan diinkubasi di dalam pikiran mereka, ide-ide ini terkadang tidak serta-merta hadir begitu saja tanpa ada faktor pendukung dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar dirinya. Selain faktor dari dalam dirinya seperti impuls-impuls yang tertanam sejak lama di dalam dirinya yang mucul dari alam bawah sadar yang terbentuk atas endapan-endapan material yang diperoleh berdasarkan pengalaman, proses belajar dan berpikir, pendidikan dan budaya. Ada juga faktor-faktor eksternal yang dapat menginspirasi dan juga memungkinkan ide dari seorang komponis dapat direalisasikan.

            Faktor-fator eksternal ini dapat hadir dari lingkungan sosial dan politik dimana komponis tinggal maupun dari perkembangan teknologi yang sedang terjadi di era para komponis tersebut hidup. Seperti yang dikatakan oleh Tim Rutherford-Johnson di dalam bukunya MUSIC AFTER THE FALL, Modern Composition and Culture Since 1989:

Technological, social, and political developments can and do influence development in art in two ways: they either enable them, or they inspire them (Johnshon, 2017:17).”

            Dua kemungkinan itu jugalah yang dapat kita deteksi dari karya seorang komponis di luar kemungkinan-kemungkinan yang lainnya, apakah sebuah kejadian di luar diri seorang komponis itu menginspirasinya begitu saja atau bahkan dalam beberapa kasus, keadaan yang merepresi ide-ide dan pemikirannya juga menginspirasi mereka untuk melawan lewat musiknya, dan juga kejadian yang terjadi dan berkembang di sekitarnya dan di zamannya dapat pula memberikan sebuah kemungkinan lain seperti halnya perkembangan komputer yang dapat merealisasikan ide yang belum pernah bisa direalisasikan sebelum komputer ditemukan (topik ini selanjutnya akan dibahas lebih terperinci di bagian yang lain).

            Di dalam tulisan ini penulis akan membagi bahasan ke dalam 2 topik besar, topik pertama adalah bagaimana keadaan sosial dan politik di sekitar komponis dapat mempengaruhi kekaryaan seorang komponis. Topik yang kedua adalah bagaimana perkembangan teknologi dapat mempengaruhi kekaryaan seorang komponis. Di dalam tulisan ini juga penulis akan memberikan contoh-contoh karya dan latar belakang kekaryaan dari seorang komponis yang berhubungan dengan dua topik yang akan penulis angkat dan fokuskan di dalam karya ini.

 

KEADAAN SOSIAL DAN POLITIK SEBAGAI TITIK BERANGKAT KEKARYAAN

            Komponis sebagai bagian dari masyarakat, tidak mungkin tidak terinpirasi atau tergerak untuk berbicara tentang kondisi di lingkungan sekitarnya melalui karyanya. Komponis sebagai bagian dari masyarakat yang bersentuhan langsung dengan kondisi sosial yang terjadi di lingkungan tempatnya tinggal, sering memanfaatkan sesuatu yang terjadi di lingkungannya sebagai materi kekaryaan. seperti Hildegard Westerkamp dengan karyanya yang berjudul Kits Beach Soundwalk yang memanfaatkan soundscape di sekitar llingkungannya sebagai materi karya. Dan tidak jarang juga dalam hubungan antara kekaryaan dengan kondisi sosial dan poitik ini komponis menjadi objek yang direpresi oleh penguasa atau rezim yang sedang berkuasa yang membuat kondisinya dan kekaryaannya menjadi berubah. Seperti halnya Dmitri Shostakovich yang di kritik oleh Joseph Stalin setelah Stalin menonton karya operanya yang berjudul Lady Machbeth from Mtsenk, atau Arvo Part yang harus berhadapan dengan rezim yang berkuasa di Estonia pada era 1960an dan mengorbankan keselamatan dirinya dengan tetap mempertahankan pengaruh religiusitas di dalam kekaryaanya.

               Di Indonesia pun terdapat banyak komponis dan karyanya yang dapat kita ulas bahas untuk melihat dan mendengar bagaimana kondisi sosial dan politik dapat menginfluensi kekaryaannya. Mulai dari terinspirasi untuk mengkritik sampai menjadikan momen-momen bunyi yang berhubungan dengan kondisi sosial dan politik itu sebagai materi bunyi di dalam karyanya. Salah satu karya yang dapat kita bahas adalah karya dari komponis asal pulau Bali yang bernama Dewa Alit, karyanya yang berjudul Tanah Sedang Bicara merupakan sebuah kritik atas eksploitasi tanah di Bali secara berlebihan hanya untuk kepentingan industri pariwisata yang bersifat instan. Kritik yang dimanifestasikan ke dalam karya ini merupakan contoh bentuk dimana keadaan sosial dan politik dapat menginspirasi seorang seniman untuk membuat karya.

             Dalam hal ini penulis sendiri pernah mengalami momen dimana keadaan sekitar lingkungan penulis menginspirasi kekaryaan yang penulis buat, karya ini berjudul Yearning untuk piano dan soundscape (playback). Karya ini terinspirasi dari kebisingan disekitar yang selalu memprovokasi dengan bunyi-bunyi dengan takaran desibel tinggi, mulai dari bunyi-bunyi alat pabrik, pembangunan jalan, kondisi jalan raya sendiri sampai bunyi iringan knalpot bising yang saling saut-menyaut yang menandakan momen politik tertentu, biasanya jika bunyi knalpot bising yang beriringan saling saut menyaut maka momen bising itu menandakan pawai/kampanye partai politik menjelang pemilihan umum.

Di dalam karya ini penulis menyatukan dan menyusun soundscape-soundscape tersebut menjadi satu kesatuan dan dibenturkan dengan karakteristik permainan piano yang mengalir, lembut, tapi juga gelisah, penulis dengan sengaja tidak merajut korelasi yang kuat antara bunyi piano dan soundscape yang diputar melalui komputer, di sini penulis membiarkan mereka berbunyi sendiri-sendiri dan pendengar dipersilahkan untuk memilih bunyi mana yang ingin mereka dengar, apakah memilih provokasi dari bunyi-bunyi bising, atau provokasi dari bunyi piano yang mengalir, lemah lembut dan khusyuk. Atau mereka ingin menunggu momen pertemuan yang menarik yang disebabkan oleh adanya “chance” (baca: momen kebetulan) yang membuat bunyi antara piano dan soundscape saling mengisi dan mengimitasi.

 

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI SEBAGAI PENGHANTAR GAGASAN

             Perkembangan teknologi merupakan salah satu faktor yang dapat menginspirasi dan menyediakan sarana untuk kekaryaan dalam musik dapat berkembang. Jika kita menengok kebelakang, kehadiran tape music recorder pada tahun 1940an hingga kemunculan komputer banyak memberi sumbangan ke dalam perkembangan di ranah musik, perkembangan teknologi tersebut juga diiringi dengan kemunculan musik konkrit, musik elektonik, live electronic, live processing, audio visual composition dan lain sebagainya yang memanfaatkan kemunculan teknologi tape recorder dan juga komputer tersebut.

              Di era ini juga, perkembangan teknologi semakin kentara mempengaruhi kekaryaan seorang komponis. Fenomena inilah yang pernah penulis lihat di dalam karya kolaborasi Patrick HartonoNyak 'Ubiet' Ina Raseuki dan Yola Yulfianti yang berjudul Sensory Intersection, dimana kehadiran teknologi live streaming memungkinkan Patrick menampilkan gerak dari Yola yang distreaming secara langsung dari tempat yang berbeda melalui youtube dan dan di saat yang bersamaan Patrick juga memanfaatkan suara dan nyayian dari Ubiet sebagai triger untuk memanipulasi video yang di streaming langsung oleh Yola dari tempat berbeda melalui akun YouTube miliknya tersebut.

            Pengaruh teknologi untuk menginspirasi atau memungkinkan sesuatu juga terjadi di karya Arham Aryadi yang berjudul Kesurupan untuk solo gender dan live electronic, dimana teknologi komputer saat ini medukung dan memungkinkan seorang komponis untuk memanipulasi sumber bunyi secara real-time (baca: langsung).  Dengan kemungkinan teknologi ini Arham dapat dengan langsung memproses dan memanipulasi sumber bunyi yang dihasilkan oleh gender melalui komputer dan dikeluarkan melalui dua kanal pengeras suara. Berkat kehadiran teknologi live processing ini Arham dapat mencapai apa yang ingin dia kehendaki seperti yang tertulis di sinopsis karyanya "Kesurupan bunyi seolah – olah gender menjadi seakan bukan dirinya melainkan menjadi elektronik”.

              Dua karya yang penulis bahas di atas merupakan dua contoh dari sekian banyak karya yang bersinggungan dengan perkembangan teknologi saat ini. Dimana kehadiran teknologi-teknologi tersebut menginspiransi dan memberi kemungkinan baru bagi komponis untuk merealisasikan ide-idenya. Perkembangan teknologi ini sendiri (baca: internet) tidak hanya berhenti pada wilayah materi kekaryaan saja, namun perkembangan teknologi juga menjadi media provokasi bagi ide-ide dan juga pemikiran-pemikiran mereka. Tidak jarang komponis mengunggah video ataupun menulis dan mempublikasikan tulisan atau video seminar tentang kekaryaan mereka di YouTube, Facebook, bahkan mereka juga membuat website dan blog sendiri, kita dapat melihat dengan mudah bagaimana Johannes Kreidler membahas konsep musiknya yang ia namakan dengan New Conceptualism di akun Youtube miliknya.

             Dari catatan-catatan yang penulis terangkan di atas, keadaan lingkungan, sosial dan politik, juga perkembangan teknologi tidak bisa dipiisahkan dari kekaryaan seorang komponis. Komponis sebagai bagian dari masyarakat juga merasakan apa saja yang terjadi di lingkungan mereka, dan kejadian-kejadian yang terjadi di lingkungan kesehariannya itulah yang juga menjadi titik berangkat dalam karya-karya mereka. Komponis bukanlah “alien” yang asik dengan fantasi dan dirinya sendiri yang bersifat utopis, namun mereka juga berinteraksi dengan lingkungan, kondisi sosial dan politik yang terjadi pada zamannya.

       Jika masyarakat lain berinteraksi dengan kondisi sosial dan politik serta perkembangan teknologi melalui kegiatan sehari-harinya seperti memanfaatkan internet untuk berbelanja, melakukan kegiatan E-banking, berkomunikasi via internet, melakukkan pertemuan via live streaming,memilih dan mencoblos pasangan gubernur dan calon gubernur favoritnya, dan lain sebagainya, komponis juga berinteraksi dengan kondisi sosial, politik dan perkembangan teknologi melalui karya-karyanya seperti yang penulis telah tuliskan dan jabarkan di atas. Komponis juga manusia, mereka adalah bagian dari masyarakat, dan mereka juga berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya melalui karya-karyanya dan itulah yang terjadi.

                                                                                                        SEPTIAN DWI CAHYO

 

CITAYAM, 05 Agustus 2017

Link audio karya :

1. Arham Aryadi - Kesurupan : https://soundcloud.com/arhamaryadi/kesurupan-2013

2. Septian Dwi Cahyo - Yearning : https://www.dropbox.com/s/itb4aquabtdbxuo/Yearning%20for%20piano%20and%20computer%20%28soundscape%29.mp3?dl=0

3. Johannes Kreidler - New Conceptualism presentation : https://www.youtube.com/watch?v=T-kEs_RIiiE

bottom of page