top of page

INTERNET SEBAGAI MEDIA BARU DALAM PENCIPTAAN KARYA MUSIK

 

Tim Rutherford-Johnson menuliskan di dalam bukunya yang berjudul MUSIC AFTER THE FALL, Modern Composition and Culture Since 1989 bahwa perkembangan teknologi, sosial dan politik dapat memberikan inspirasi kepada kesenian dengan dua cara, perkembangan tersebut dapat memfasilitasi atau menginspirasi mereka[1]. Di ranah musik, kita dapat melihat fenomena ini berkembang dengan jelas khususnya pada ranah penciptaan karya musik. Kita dapat melihat gejalanya pada aliran Futurisme yang berkembang di Italia dan Rusia yang mana para kreator juga menciptakan mesin-mesin (baca: teknologi) penunjang karya mereka. Salah satu dari mereka adalah Luigi Russolo, sebagai penunjang karyanya Luigi Russolo menciptakan “mesin” bunyi yang diberi nama “Intonarumori” dan digunakan untuk memproduksi berbagai bunyi-bunyi (noise).

Cikal bakal penggunaan “mesin” pada aliran Futurisme ini nantinya akan berkembang lebih jauh di daerah lain seiring dengan ditemukannya magnetic tape recorder. Penemuan  magnetic tape recorder ini pada akhirnya mampu memfasilitasi komponis untuk melebarkan jangkauan bunyi mereka dengan media tersebut dan lahirlah aliran “Musique Concrète” di Perancis pada awal tahun 1940an yang digawangi oleh Pierre Schaeffer dengan karya monumentalnya yang berjudul Etude Aux Chemins De Fer. Pada aliran ini para komponis concrete music memanfaatkan teknologi tersebut untuk memanipulasi bunyi konkrit yang mereka rekam untuk mencapai bunyi yang mereka inginkan.

Jika “Musique Concrète” mengandalkan teknologi tersebut untuk memanipulasi bunyi konkrit seperti suara kereta api, tetesan air, dan lain sebagainya yang mereka rekam untuk mencapai bunyi yang mereka inginkan, maka penemuan teknologi elektronis lainnya juga dimanfaaatkan oleh para komponis di Jerman khususnya komponis musik elektronik untuk membuat musik berdasarkan gelombang-gelombang bunyi yang dapat dihasilkan oleh generator-generator bunyi yang mereka gunakan, salah satu tokoh dari aliran musik elektronik yang berkembang di Jerman ini adalah Karlheinz Stockhausen.

 

Selain kemunculan aliran Futurisme, penemuan magnetic tape recorder, dan teknologi elektronis lainnya, terdapat beberapa penemuan teknologi lain yang dapat memfasilitasi komponis untuk merealisasikan ide-ide mereka. Sebut saja penemuan komputer dan pengembangan beberapa perangkat lunak. Planjutan ini ditandai dengan pendirian studio komputer pertama yang didirikan di Eropa di Reijksuniversiteit Utrecth/Belanda pada tahun 1964 dengan pimpinan komponis Gottfried Michael Koenig.[2]  Studio ini kemudian dinamakan “Institut Voor Sonologie”. Koenig juga memperdalam ilmu teknologi komputer di Universitas Bonn dimana ia mengembangkan program komposisi “Projekt 1”.

 

Selanjutnya perkembangan teknologi komputer semakin cepat dan lebih ringkas dibanding generasi awal komputer, di dalam dunia komposisi musik terdapat beberapa perangkt lunak yang dibuat untuk membantu merealisasikan ide-ide komponis untuk membuat musik dengan komputer seperti Max/Msp, Pure Data, C sound dan lain sebagainya. Kemunculan teknologi komputer dan beberapa perangkat lunak ini dapat menggantikan penggunaan “mesin” yang berskala besar dalam menciptakan musik, dan penggunaan teknologi komputer untuk membuat musik ini nantinya lebih sering disebut sebagai computer music. Aktivitas computer music ini akhirnya berkembang dengan pesat dari asal-usul yang agak terspesialisasi sebagai sub-bidang interdisipliner musik elektronik, pemrosesan sinyal digital, dan musik eksperimental untuk menempati posisi yang semakin sentral dalam teknologi perekaman profesional dan audio rumahan, serta sintesis dan komposisi musik elektronik.[3]

Di luar penggunaan teknologi komputer sebagai teknologi perekaman audio profesional dan rumahan, kita juga dapat menelisik penggunaan teknologi komputer ini sebagai media penciptaan karya musik pada karya-karya komponis seperti Arham Aryadi, Stevie Jonathan, Tony Maryana dan lain sebagainya dimana teknologi komputer mereka gunakan sebagai media pemrosesan data secara langsung guna keperluan manipulasi bunyi, penggerak instalasi bunyi hingga sebagai pembacaan data korban terorisme yang direpresentasikan ulang menjadi bunyi. Selain penggunaan komputer sebagai perangkat keras untuk memfasilitasi ide-ide musikal yang komponis inginkan, komponis-komponis masa kini juga banyak mengeksplorasi keberadaan teknologi internet. Jika biasanya manusia memanfaatkan internet untuk berbelanja, melakukan kegiatan e-banking, berkomunikasi via internet dan lain sebagainya, maka dengan kemunculan teknologi internet ini mampu memfasilitasi ide-ide dari beberapa komponis, sebut saja Patrick Hatono, Jeniffer Walshe, hingga Alexander Schubert.

Pada karya kolaborasi antara Patrick Hartono, Nyak 'Ubiet' Ina Raseuki dan Yola Yulfianti yang berjudul "Sensory Intersection", kehadiran teknologi internet dan live streaming memungkinkan Patrick menampilkan gerak dari Yola yang disiarkan secara langsung dari tempat yang berbeda melalui akun youtube milik Yola dan disaat yang bersamaan Patrick juga memanfaatkan suara dan nyayian dari Ubiet sebagai pemicu untuk memanipulasi video yang di siarkan secara langsung oleh Yola dari tempat berbeda melalui akun YouTube miliknya tersebut yang juga diproses ulang melalui komputer oleh Patrick. Selain pemanfaatan teknologi internet melalui media siaran langsung dengan media YouTube, komponis seperti Jennifer Walshe juga memanfaatkan sosial media seperti Facebook sebagai pemicu dari karyanya. Pada karya "Facebook Chorus" Jennifer Walshe memberikan instruksi kepada sebuah ensemble yang berisi penyanyi untuk menyanyikan teks yang berasal dari beranda Facebook mereka sepanjang hari, dan banalitas dari panen data harian ini bertransformasi menjadi paduan suara sosial media.

Sedikit berbeda dengan kasus karya Patrick Hartono dan Jennifer Walshe, karya berikutnya adalah karya dari dari Alexander Schubert yang berlandaskan “Participatory Art” atau jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia menjadi Seni Partisipatoris. Seni Partisipatoris ini merupakan sebuah kecendrungan yang agak baru pada musik yang berkembang di “Barat” dimana komponis hanya berperan sebagai pemicu awal dari karya musik dan setiap orang bisa terlibat di dalamnya untuk memodifikasi bahkan merubah sesuka hati mereka. Di dalam kasus proyek Alexander Schubert yang ia beri nama "Wiki Piano Net" ia memanfaatkan media internet dan membuat website sendiri agar berbagai orang dapat mengunjungi website itu dan berkontribusi dengan merubah berbagai materi yang telah ia sediakan di website yang ia buat.

"Wiki Piano Net" sendiri adalah sebuah komunitas interaktif berdasarkan karya piano dari Alexander INOPPOR. Website wiki-piano.net sendiri merupakan “notasi” dari karyanya, dan ini terdiri dari beberapa bagian, beberapa bagian merupakan bagian yang sudah pasti dan beberapa bagian merupakan bagian yang bisa diubah-ubah. Pianis akan memainkan dengan membaca dan mengucapkan semua yang ada di website dari bagian atas hingga bagian bawah website. Dan para pengunjung website dapat merubah “notasi” dari karya ini secara berkelanjutan. Dan ketika pianis akan melakukan pertunjukan lagi, maka pianis akan membuka website "wiki-piano.net "dan akan memainkan material yang tertulis di dalam notasi yang berbentuk website ini yang pastinya telah berubah-ubah sesuai dengan kondisi terkininya setelah dikunjungi dan dirubah oleh berbagai orang.

Beberapa pemaparan diatas merupakan bagaimana contoh perkembangan teknologi yang dapat memberikan inspirasi kepada kesenian, dan dalam kondisi terkininya teknologi internet juga berperan bukan hanya menjadi media distribusi musik namun juga banyak digunakan sebagai sarana bagi komponis untuk membuat karya musik. Seperti beberapa contoh kasus diatas dimana komponis memanfaatkan media yang berbasis internet seperti YouTube untuk menggunakan teknologi siaran langsung sebagai media kekaryaan, atau menggunakan sosial media sebagai pemicu sebuah paduan suara untuk bernyanyi sampai pada internet sebagai media “partisipatoris” dimana para pengunjung website dapat merubah dan ikut berpartisipasi dalam karya Alexander Schubert dan akan terus berubah dan akan dimainkan oleh para pianis mengikuti kondisi terkininya setelah dirubah oleh para pengunjung website.

[1] Tim Rutherford-Johnson. 2017. MUSIC AFTER THE FALL, Modern Composition and Culture Since. Hal. 17

[2] Dieter Mack. Sejarah Musik 4. Hal. 51

[3]Jerse, Charles Dodge & Thomas A. Jerse. 1997. Computer Music Synthesis, Composition and Performance Second Edition(2nd Ed). Thomson Learning. Hal. xiii

bottom of page